Strategi Menteri Pertahanan: Penguatan Latihan Militer dan Pembangunan Nasional

https://www.antaranews.com/
Beraspirasi – Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengungkapkan rencana strategis Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk meningkatkan latihan militer bersama dengan negara-negara lain, khususnya di wilayah timur Indonesia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mempererat kerja sama internasional yang tidak berbasis pakta pertahanan.
“Kami berencana mengembangkan latihan bersama dengan fokus pada pembangunan kapasitas (capacity building) dan saling menghormati (mutual respect). Selama ini, wilayah barat Indonesia telah menjadi lokasi pengembangan latihan. Ke depan, kami akan memperluasnya ke wilayah timur, seperti Morotai dan Papua, sehingga TNI dapat mengundang mitra profesional dari luar negeri untuk berlatih bersama di tanah air kita. Fokus latihan mencakup aspek kekuatan laut, darat, dan udara,” jelas Sjafrie.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR yang turut dihadiri oleh Panglima TNI dan pimpinan tiga matra TNI lainnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin.
Sjafrie menjelaskan bahwa program latihan bersama ini akan dimulai pada tahun ini. Ia juga meminta dukungan penuh dari Komisi I DPR agar pelaksanaannya berjalan lancar.
“Kami mengundang bapak-ibu sekalian untuk menyaksikan langsung bagaimana latihan bersama ini dilakukan,” ujarnya.
Latihan militer multilateral ini, menurut Sjafrie, akan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang tidak hanya disegani di dalam negeri tetapi juga di kawasan regional.
“Kami berharap Indonesia dapat menjadi negara yang tidak hanya dibanggakan oleh rakyatnya, tetapi juga oleh komunitas regional. Kekuatan regional ini adalah target kami, seperti yang telah dirintis oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto,” tambahnya.
Sebagai bagian dari penguatan TNI, Sjafrie mengungkapkan rencana pembentukan 100 batalyon infanteri teritorial pada tahun 2025. Batalyon-batalyon ini dirancang untuk mendukung strategi soft power selain hard power.
“Batalyon infanteri teritorial ini akan dilengkapi dengan kompi-kompi yang berorientasi pada pembangunan, seperti kompi peternakan, perikanan, pertanian, dan kesehatan. Tujuannya adalah membantu masyarakat di berbagai kabupaten di Indonesia,” jelasnya.
Strategi ini, lanjutnya, sejalan dengan arahan Presiden untuk memastikan setiap kabupaten—yang berjumlah 514—dapat dipelihara dan dilindungi oleh satu batalyon infanteri teritorial pembangunan yang diperkuat dengan dua batalyon komponen cadangan.
Dalam hal penguatan kekuatan laut, Sjafrie menyampaikan bahwa pada tahun 2025, fokus akan diarahkan pada pengamanan sejumlah choke point untuk menutup celah infiltrasi kekuatan asing ke wilayah Indonesia.
Selain itu, ia juga menyinggung rencana pengembangan kekuatan udara melalui konsep “selimut udara”.
“Selimut udara ini penting. Kita memerlukan skuadron pesawat tempur yang memadai. Beberapa langkah telah dilakukan, tetapi kita juga harus menyiapkan solusi sementara (interim) karena ancaman bisa datang kapan saja tanpa kepastian waktu,” katanya.
Ia menambahkan bahwa persiapan interim melibatkan penggunaan pesawat tempur sementara sembari menunggu peralatan baru tiba di Indonesia.
“Dalam masa transisi ini, kami akan memastikan kemampuan operasional tetap terjaga hingga peralatan modern yang baru tersedia,” pungkasnya.
Rencana strategis yang disampaikan oleh Menteri Sjafrie tidak hanya bertujuan memperkuat pertahanan nasional, tetapi juga mempererat hubungan internasional melalui kerja sama militer. Selain itu, pendekatan yang menggabungkan hard power dan soft power menunjukkan komitmen pemerintah untuk menciptakan TNI yang tidak hanya kuat secara militer, tetapi juga berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.