Pameran Arsitektur Vernakular dan Potensi Desa Borobudur 2024: Lestarikan Budaya dan Rangkul Masa Depan

https://www.antaranews.com/
Beraspirasi – Pameran Arsitektur Vernakular dan Potensi Desa Borobudur 2024, dengan tema “Srawung Omah Ora Wedi Obah, Lestarikan Budaya, Rangkul Masa Depan”, sukses digelar pada 11 hingga 17 November 2024 di Situs Brongsongan, Magelang. Acara yang diselenggarakan oleh Museum dan Cagar Budaya Unit Warisan Dunia Borobudur ini berhasil menarik perhatian sekitar 13 ribu pengunjung dari wilayah Magelang dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Acara ini tidak hanya menyuguhkan pameran bangunan limasan yang menjadi simbol arsitektur vernakular khas kawasan Borobudur, tetapi juga berbagai kegiatan menarik yang melibatkan pengunjung dari berbagai kalangan. Salah satunya adalah workshop kreatif, di mana pengunjung bisa mencoba melukis di atas gasing atau membuat keris janur, yang menjadi daya tarik utama bagi banyak orang, termasuk siswa sekolah dasar dan masyarakat umum. “Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti workshop seperti ini, sangat seru dan menyenangkan. Apalagi bisa berinteraksi dengan anak-anak yang ceria, jadi kami juga ikut merasakan kebahagiaan yang sama,” kata Edi, salah satu peserta workshop melukis.
Selama sepekan, pengunjung juga bisa menikmati stan kuliner dan kriya yang dihadirkan oleh 23 desa di sekitar Candi Borobudur, yang menawarkan produk-produk lokal dengan cita rasa khas daerah. Tidak hanya itu, acara ini juga menawarkan wahana permainan anak-anak dari bahan bambu, yang menjadi pilihan tepat bagi keluarga yang datang untuk menikmati suasana budaya yang kental di kawasan tersebut. Aktivitas-aktivitas ini turut memperkaya pengalaman pengunjung dalam mengenal lebih dalam tentang budaya dan tradisi lokal.
Pameran ini dimulai dengan acara pembukaan yang diawali dengan kirab budaya yang melibatkan 23 desa sekitar Borobudur. Peserta kirab menempuh jarak dua kilometer dari Kantor Kecamatan Borobudur menuju Situs Brongsongan. Pembukaan acara secara simbolis dilakukan dengan pemotongan tumpeng dan tabuhan kentongan oleh pejabat setempat, termasuk Kepala Bagian Umum Museum dan Cagar Budaya, Brahmantara, ST, MA, serta Camat Borobudur, Subiyanto, SH, MM. Acara ini ditutup dengan kegiatan flashmob yang melibatkan pengunjung yang bergabung dalam tarian bersama, menciptakan suasana yang penuh keceriaan dan kebersamaan.
Selain pameran dan workshop, pengunjung juga diajak untuk mengikuti Jagongan Warga, yaitu diskusi interaktif dengan praktisi, akademisi, dan perangkat desa yang membahas pentingnya pelestarian budaya serta pengembangan desa-desa sekitar Borobudur. Pertunjukan kesenian rakyat, seperti jathilan dan tarian kreasi dari desa-desa lokal, turut memeriahkan acara ini, menghidupkan kembali tradisi kesenian daerah yang sudah lama dilestarikan.
Melalui kegiatan ini, penyelenggara berharap masyarakat semakin menyadari pentingnya melestarikan rumah limasan sebagai simbol identitas budaya lokal, yang juga dapat menjadi daya tarik wisata yang mendukung potensi pariwisata desa-desa di sekitar Candi Borobudur. Dengan melibatkan masyarakat lokal, acara ini juga diharapkan dapat menjadi titik awal pengembangan ekonomi berbasis budaya yang berkelanjutan, serta menjadi ajang untuk mengenalkan potensi besar yang dimiliki desa-desa tersebut.
Pameran ini diselenggarakan oleh Museum dan Cagar Budaya Unit Warisan Dunia Borobudur bersama ARS Management, dan menjadi contoh nyata kolaborasi yang harmonis antara pelestarian budaya dan inovasi dalam menghadapi tantangan masa depan yang lebih berkelanjutan. Diharapkan acara ini dapat menjadi momentum penting dalam memajukan ekonomi masyarakat lokal melalui sektor pariwisata yang berbasis budaya, serta memperkuat hubungan antara warisan budaya dan masa depan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.