Putin Tuding AS Bertindak Agresif di Timur Tengah, Sebabkan Gangguan Rute Logistik Global

Beraspirasi – Presiden Rusia, Vladimir Putin, baru-baru ini mengungkapkan pandangannya tentang tindakan agresif Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah yang menurutnya memiliki dampak signifikan terhadap perdagangan global dan ekonomi internasional. Dalam sebuah konferensi investasi yang diselenggarakan oleh VTB, bank terbesar kedua di Rusia, Putin berbicara mengenai berbagai isu geopolitik dan dampaknya terhadap perekonomian global, termasuk pengembangan rute logistik baru yang semakin mendesak.
Putin memulai pembicaraannya dengan menyebutkan bahwa perkembangan rute logistik baru adalah hal yang tidak terhindarkan, mengingat perubahan dalam perekonomian dunia serta meningkatnya risiko geopolitik. Menurutnya, perdagangan internasional menghadapi tantangan besar karena ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh ketegangan politik global, salah satunya di Timur Tengah. Ia juga mencatat penurunan volume kargo yang melewati Terusan Suez, yang ia sebut sebagai masalah yang sangat disayangkan.
Menurut Putin, penurunan ini terkait erat dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, yang dipicu oleh kebijakan dan tindakan agresif AS di Timur Tengah. Ia menyebutkan bahwa sikap agresif Washington di kawasan itu memicu tanggapan dari berbagai “gerakan perlawanan”, yang semakin memperburuk situasi. Hal ini, menurut Putin, berimbas langsung pada ekonomi global, dengan banyak pengirim barang yang terpaksa mencari alternatif rute pengiriman, seperti mengarahkan kapal mereka mengelilingi Afrika, jauh dari jalur perdagangan utama yang sebelumnya melalui Suez.
Lebih lanjut, Putin memberikan penilaian terkait kebijakan ekonomi AS, terutama mengenai kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden terpilih AS, Donald Trump. Pada akhir pekan sebelumnya, Trump mengusulkan penerapan tarif 100 persen terhadap negara-negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) yang berusaha menjauh dari penggunaan dolar AS dalam perdagangan internasional. Menanggapi hal ini, Putin menyatakan bahwa kebijakan ini tidak hanya merugikan negara-negara tersebut, tetapi juga berpotensi merusak dasar dari keberadaan dolar AS sebagai mata uang cadangan global.
Dalam pandangan Putin, pemerintah AS telah menggunakan dolar sebagai alat politik untuk menekan negara-negara yang dianggap sebagai musuh. Ia menilai bahwa dengan mengenakan sanksi atau tarif terhadap negara-negara tertentu, AS berusaha untuk mempertahankan dominasi mata uangnya dan memaksakan ketergantungan negara-negara lain pada dolar. Putin juga menekankan bahwa langkah ini semakin memperburuk ketidakstabilan dalam perekonomian global dan memperburuk hubungan antara negara-negara yang selama ini merupakan bagian dari blok ekonomi yang besar dan berkembang.
Menurutnya, ketegangan yang ditimbulkan oleh kebijakan-kebijakan AS ini bisa berdampak pada proses globalisasi yang sedang berlangsung. Ia menyebutkan bahwa, dengan semakin banyak negara yang berusaha untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dolar, pasar global dapat mengalami perubahan signifikan yang bisa mengguncang dominasi mata uang tersebut. Putin juga menekankan pentingnya bagi negara-negara seperti Rusia untuk memperkuat kerjasama dengan negara-negara BRICS guna menciptakan sistem perdagangan alternatif yang lebih berkelanjutan dan lebih sedikit bergantung pada dolar.
Dengan perkembangan ini, Putin memperingatkan bahwa ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi yang merugikan dapat memperburuk kondisi ekonomi global. Bagi Rusia, ini menjadi tantangan besar dalam mencari rute baru untuk perdagangan internasional dan mengamankan posisi ekonomi negara di tengah persaingan global yang semakin ketat.