Mentan Amran Pastikan Bulog Dukung Petani Milenial dengan Menjamin Harga Gabah dan Modernisasi Pertanian

https://www.antaranews.com/
Beraspirasi – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmennya untuk mendukung program petani milenial melalui kerjasama dengan Perum Bulog dalam menyerap hasil panen (off-taker). Langkah ini bertujuan untuk melindungi para petani muda agar tidak dirugikan saat mulai terjun ke dunia pertanian.
Menurut Menteri Amran, Bulog akan menjadi off-taker utama bagi petani milenial, yang artinya Bulog akan membeli gabah kering panen (GKP) dengan harga yang sudah ditetapkan, yakni minimal Rp6.000 per kilogram. Ia menekankan bahwa hal ini tidak bisa ditawar, guna memastikan petani milenial memperoleh keuntungan yang layak dari hasil pertanian mereka. Lebih lanjut, ia memastikan bahwa petani milenial tetap dapat menjual hasil panen mereka ke pihak lain jika harga yang ditawarkan lebih tinggi daripada yang ditetapkan oleh Bulog.
“Bulog harus jadi off-taker, itu sudah pasti. Tidak ada yang bisa menawar. Yang penting, petani muda tidak dirugikan,” ujar Amran dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa. Ia menambahkan bahwa meskipun Bulog menjadi off-taker utama, jika harga pasar lebih menguntungkan, petani milenial diperbolehkan menjual hasil panennya ke pihak lain.
Untuk menjamin keberlanjutan dan kelangsungan program petani milenial, Menteri Amran menegaskan bahwa apabila harga gabah di pasar lebih tinggi dari Rp6.000 per kilogram, misalnya Rp8.000 atau Rp9.000, petani bisa menjualnya ke tempat lain yang menawarkan harga terbaik. Hal ini memberi fleksibilitas kepada petani muda untuk memaksimalkan potensi keuntungan dari usaha pertanian mereka. Namun, apabila harga di pasar lebih rendah dari Rp6.000 per kilogram, Bulog akan menyerap gabah tersebut sebagai off-taker, sehingga para petani tetap dapat menjual hasil panen mereka dengan harga yang wajar.
Selain itu, Amran menekankan pentingnya transformasi sektor pertanian Indonesia dari metode tradisional ke pertanian modern. Hal ini diharapkan dapat mendorong generasi milenial dan Z untuk terlibat dalam pertanian, dengan menawarkan teknologi pertanian yang lebih efisien dan hasil yang lebih menguntungkan. Menurutnya, generasi muda tidak akan tertarik untuk terjun ke dunia pertanian jika pekerjaan itu terkesan kotor dan tidak menguntungkan. Namun, dengan pendekatan pertanian modern yang lebih ramah lingkungan dan berorientasi pada teknologi, mereka akan lebih tertarik untuk berpartisipasi.
“Generasi Z dan milenial tidak akan tertarik bertani jika itu tidak menguntungkan. Mereka akan mau bertani jika ada keuntungan yang jelas, serta kemudahan dalam pengelolaan,” kata Amran.
Salah satu strategi untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menyediakan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan) yang modern. Alat-alat ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani, serta memungkinkan mereka untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pertanian.
Amran juga mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian sedang bekerja untuk merangkul 50 ribu petani muda, yang di antaranya sudah dimulai dengan melibatkan 3.000 mahasiswa dalam program peningkatan produktivitas pertanian. Mahasiswa ini telah dilibatkan dalam program pertanian di beberapa daerah, termasuk di Sulawesi Selatan, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Selain itu, para petani muda ini juga akan diberikan pendampingan untuk menggunakan alsintan modern dan didorong untuk meningkatkan pendapatan mereka, dengan harapan mereka bisa menghasilkan setidaknya Rp10 juta per bulan dari hasil pertanian mereka.
Untuk memastikan program ini berjalan lancar, Menteri Amran mengungkapkan bahwa pihaknya terus menjalin kolaborasi erat dengan berbagai kementerian terkait. Menurutnya, Kementerian Pertanian fokus pada peningkatan produksi, Bulog bertugas sebagai off-taker hasil pertanian, dan Kementerian Pekerjaan Umum akan fokus pada pembangunan infrastruktur irigasi yang mendukung ketahanan pangan. Dengan kerjasama ini, pemerintah berharap dapat menciptakan ekosistem pertanian yang lebih produktif dan menguntungkan bagi generasi milenial.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat mencapai swasembada pangan dan meningkatkan kesejahteraan para petani, terutama generasi muda yang menjadi tonggak masa depan pertanian Indonesia.