Prancis dan Inggris Ajukan Proposal Gencatan Senjata di Ukraina, Macron Tegaskan Pasukan Barat Tidak Akan Dikirim

Sumber: antaranews.com
Beraspirasi – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengungkapkan bahwa dirinya bersama Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, telah mengajukan proposal gencatan senjata selama satu bulan di Ukraina. Usulan ini mencakup wilayah udara, laut, serta infrastruktur energi, namun tidak menyentuh aspek peperangan di darat.
Dalam wawancara dengan Le Figaro, Macron menyampaikan bahwa panjang garis depan pertempuran yang sangat luas membuat pemantauan terhadap kepatuhan gencatan senjata menjadi tantangan besar. Ia menjelaskan bahwa panjang garis tersebut setara dengan jarak antara Paris dan Budapest, sehingga sulit untuk memastikan bahwa semua pihak benar-benar mematuhi kesepakatan jika diterapkan di darat.
Selain itu, Presiden Prancis menegaskan bahwa dalam beberapa pekan mendatang, pasukan dari negara-negara Barat tidak akan dikirim ke Ukraina. Menurutnya, saat ini yang lebih penting adalah memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan negosiasi guna mencapai gencatan senjata yang dapat diberlakukan dengan efektif.
Macron juga menambahkan bahwa pengiriman pasukan baru dapat dilakukan setelah perjanjian perdamaian resmi disepakati oleh kedua belah pihak. Namun, ia menegaskan bahwa perdamaian yang dicapai harus memiliki jaminan yang kuat dan tidak bisa diterima dengan segala kondisi tanpa adanya kepastian yang jelas.
Lebih lanjut, Macron menyatakan keyakinannya bahwa dialog antara Presiden AS, Donald Trump, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, akan kembali terjadi. Hal ini disampaikannya setelah adanya ketegangan yang sempat muncul dalam kunjungan Zelenskyy ke Gedung Putih beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Macron juga mengungkapkan rencana terkait dana pertahanan bersama Uni Eropa yang sedang diupayakan untuk disepakati dalam KTT Uni Eropa pada Kamis mendatang. Ia memperkirakan bahwa investasi awal yang diperlukan untuk dana tersebut akan mencapai sekitar 200 miliar euro, atau setara dengan 207,5 miliar dolar AS. Dana ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkuat sistem pertahanan Eropa secara kolektif.
Selain membahas gencatan senjata dan investasi pertahanan, Macron juga mengutarakan pandangannya mengenai keterlibatan Eropa dalam penggunaan senjata nuklir milik Prancis. Ia menyampaikan bahwa negara-negara Eropa yang ingin memperdalam kerja sama strategis dapat ikut serta dalam latihan pencegahan nuklir yang dilakukan oleh Prancis. Menurutnya, inisiatif ini akan membantu menciptakan pemahaman yang lebih kuat mengenai strategi keamanan bersama di antara negara-negara Eropa.
Lebih lanjut, Macron juga membuka kemungkinan untuk menempatkan senjata nuklir Prancis di negara-negara mitra dengan koordinasi langsung antara angkatan bersenjata masing-masing negara. Hal ini dianggap sebagai salah satu langkah dalam memperkuat aliansi militer di kawasan Eropa.
Sebelumnya, pada 2 Maret, para pemimpin dari berbagai negara Eropa telah mengadakan pertemuan informal di London. Dalam pertemuan tersebut, situasi di Ukraina dan keamanan kolektif di Eropa menjadi topik utama yang dibahas.
Di sisi lain, Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pertemuannya dengan anggota tetap Dewan Keamanan Rusia pada Januari lalu, menegaskan bahwa penyelesaian konflik di Ukraina tidak boleh hanya sekadar gencatan senjata sementara. Ia menekankan bahwa solusi yang diinginkan bukanlah upaya untuk memberikan kesempatan bagi pihak tertentu guna merombak pasukan dan mempersiapkan ulang persenjataan mereka. Sebaliknya, Rusia menginginkan perdamaian jangka panjang yang dapat menyelesaikan konflik secara menyeluruh.
Dengan adanya berbagai pandangan yang berbeda dari para pemimpin dunia, upaya untuk mencapai gencatan senjata yang efektif di Ukraina masih menghadapi banyak tantangan. Negosiasi yang sedang berlangsung akan menentukan apakah usulan dari Prancis dan Inggris ini dapat diterima oleh semua pihak, atau justru akan memicu perdebatan lebih lanjut di tingkat internasional.