Bukti Penggunaan Penembak Jitu dan Pesawat Nirawak oleh Israel dalam Pembunuhan Target di Gaza

Beraspirasi – Serangkaian kejadian yang terjadi di Jalur Gaza menunjukkan bahwa Israel telah menggunakan penembak jitu dan pesawat nirawak (drone) untuk melakukan pembunuhan yang ditargetkan terhadap warga sipil Palestina. Kejadian-kejadian ini diperkirakan akan menjadi bukti penting yang dibawa ke Pengadilan Pidana Internasional (ICC), yang akan menyelidiki kasus Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas dugaan kejahatan perang.
Beberapa bukti yang muncul menunjukkan bahwa penembak jitu Israel secara sengaja menembaki warga sipil tanpa senjata di Gaza, bahkan saat situasi itu disiarkan secara langsung di televisi internasional. Warga sipil yang menjadi sasaran tembak ini dianggap tidak berdosa dan tidak terlibat dalam pertempuran. Pada Januari 2024, stasiun televisi Inggris, ITV, merekam insiden di mana seorang pria bernama Ramzi Abu Sahloul ditembak di dada beberapa menit setelah ia diwawancarai. Sebelum ditembak, Sahloul sempat mengatakan bahwa ia ingin menyelamatkan anggota keluarganya yang belum dievakuasi, tetapi ia dilarang oleh tentara Israel.
Sahloul merupakan bagian dari kelompok pengungsi yang melarikan diri ke selatan Gaza, menuju Rafah, dengan membawa bendera putih sebagai tanda penyerahan diri kepada pihak militer Israel. Penembakan ini menambah daftar panjang insiden yang diduga sebagai penargetan sengaja terhadap warga sipil.
Insiden Tembakan yang Terekam Kamera
Lebih banyak kasus serupa juga terungkap, seperti yang dilaporkan oleh CNN. Pada sebuah serangan yang terjadi di Gaza, seorang perempuan bernama Hala Khereis ditembak hingga tewas oleh penembak jitu Israel. Khereis sedang berjalan dengan cucunya dan sekelompok pengungsi lain, berusaha mencari perlindungan saat ditembak. Kejadian ini semakin memperkuat tuduhan bahwa penembakan terhadap warga sipil, termasuk yang tidak terlibat dalam pertempuran, dilakukan secara sengaja.
Selain itu, seorang jurnalis bernama Motasem Dalloul menceritakan pengalamannya saat anaknya, Yahya, menjadi korban tembakan penembak jitu Israel pada bulan Mei lalu. Dalloul mengungkapkan bahwa ia sedang membawa anak-anaknya untuk mengambil beberapa barang dari rumah yang hancur akibat serangan sebelumnya. Ketika ia berada di sana, anaknya tertembak di kepala dan tewas seketika. Dalloul menduga bahwa pembunuhan anaknya merupakan upaya Israel untuk menakut-nakuti warga Gaza dan mencegah mereka kembali ke wilayah yang telah dihancurkan dan dijadikan zona militer.
Strategi Israel dalam Menargetkan Warga Sipil
Laporan yang dirilis oleh Euro-Med Human Rights Monitor pada bulan April lalu menunjukkan bahwa Israel menggunakan taktik psikologis untuk menarik warga sipil keluar dari tempat perlindungan mereka. Di Kamp Pengungsi Nuseirat, pesawat tanpa awak Israel memutar suara tangisan bayi untuk menarik perhatian warga sipil dan memaksa mereka keluar dari tempat persembunyian. Setelah itu, mereka langsung menjadi target tembakan militer Israel. Tak hanya itu, seorang dokter asal Amerika yang bekerja di Gaza juga menceritakan bagaimana anak-anak kecil menjadi sasaran tembakan penembak jitu Israel setiap hari.
Dokter asal Inggris, Nizam Mamode, memberikan kesaksian serupa kepada anggota parlemen Inggris, mengungkapkan bahwa penembak jitu Israel secara rutin menembaki anak-anak di Gaza. Bahkan, seorang dokter Palestina yang bekerja di Gaza utara, yang identitasnya dirahasiakan, menyatakan bahwa penembakan terhadap warga sipil di Gaza telah menjadi kebijakan militer Israel. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut dilakukan dengan sengaja dan tanpa rasa penyesalan.
Tindak Lanjut Internasional
Semua kejadian ini menjadi bukti yang kuat bagi komunitas internasional untuk mengevaluasi tindakan Israel di Gaza. Banyak pihak, termasuk lembaga hak asasi manusia, mendesak agar Pengadilan Pidana Internasional (ICC) segera menyelidiki dugaan kejahatan perang yang melibatkan para pemimpin militer Israel. Bukti-bukti ini, yang mencakup rekaman video dan kesaksian dari saksi mata, diharapkan dapat mempercepat proses hukum dan memberikan keadilan bagi para korban yang telah jatuh sebagai akibat dari serangan tersebut.
Penggunaan penembak jitu dan pesawat nirawak untuk menargetkan warga sipil di Gaza menambah panjang daftar dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh Israel. Dengan adanya bukti yang semakin banyak, harapan agar para pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban di tingkat internasional semakin besar.