Gagal Capai Konsensus, Pertemuan Menteri Keuangan G20 Akhiri Diskusi dengan Ringkasan Hasil

Sumber: antaranews.com
Beraspirasi – Pertemuan pertama para Menteri Keuangan G20 di bawah kepemimpinan Afrika Selatan berakhir tanpa kesepakatan untuk mengeluarkan komunike bersama. Meski demikian, dalam Chair’s Summary atau Ringkasan Hasil Pertemuan, komitmen untuk menolak proteksionisme tetap ditegaskan.
Menteri Keuangan Afrika Selatan, Enoch Godongwana, dalam konferensi pers pada Kamis (27/2), mengumumkan bahwa pertemuan tersebut berlangsung selama dua hari di Cape Town, ibu kota legislatif Afrika Selatan. Diskusi ini merupakan bagian dari rangkaian Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 yang dimulai sejak Rabu (26/2). Sebelumnya, pada pekan yang sama, pertemuan tingkat deputi telah lebih dulu dilaksanakan.
Dalam keterangannya, Godongwana menyebutkan bahwa diskusi yang berlangsung selama empat hari terakhir melibatkan para deputi, menteri keuangan, serta gubernur bank sentral. Berbagai topik telah dibahas, termasuk program kerja kelompok-kelompok jalur keuangan, isu-isu sektor finansial, perpajakan internasional, kemitraan global untuk inklusi keuangan, serta gugus tugas gabungan di bidang keuangan dan kesehatan.
Meskipun program kerja tersebut mendapatkan dukungan dari mayoritas anggota, pertemuan tersebut tetap tidak mampu menghasilkan kesepakatan secara penuh. Hal ini membuat Godongwana menyatakan ketidakpuasannya terhadap kegagalan mencapai komunike bersama.
Sebagai pemegang kepresidenan G20, Afrika Selatan berupaya mendorong konsensus sebanyak mungkin, namun juga mengakui bahwa terdapat perbedaan pandangan di antara negara anggota. Oleh karena itu, sebagai gantinya, Chair’s Summary diterbitkan sebagai dokumen yang merangkum hasil diskusi yang telah dilakukan dan disempurnakan dalam beberapa hari terakhir.
Dalam ringkasan tersebut, para anggota G20 menyampaikan pandangan mengenai kondisi ekonomi global. Meskipun pertumbuhan masih dianggap lemah, beberapa kawasan di dunia menunjukkan ketahanan yang cukup baik. Selain itu, inflasi yang sempat meningkat kini mulai mengalami penurunan berkat kebijakan moneter yang diterapkan secara hati-hati serta penyelesaian gangguan pada rantai pasokan. Namun, kemajuan tersebut tidak merata di seluruh negara.
Risiko-risiko negatif terhadap ekonomi global juga menjadi sorotan dalam pertemuan ini. Beberapa faktor yang dianggap sebagai ancaman utama adalah ketegangan geopolitik, fragmentasi ekonomi, kebijakan proteksionisme, gangguan rantai pasokan global, peningkatan beban utang, inflasi yang terus berlanjut, serta perubahan iklim dan cuaca ekstrem.
Para peserta menekankan perlunya kerja sama multilateral yang lebih kuat untuk mengatasi berbagai risiko yang muncul. Mereka juga menegaskan pentingnya menjaga stabilitas keuangan global serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, berkelanjutan, dan inklusif, termasuk dengan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Di sisi lain, dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral yang berbasis aturan kembali ditegaskan dalam pertemuan ini. Para anggota menyatakan bahwa sistem tersebut harus tetap adil, terbuka, inklusif, tidak diskriminatif, serta berkelanjutan dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) sebagai poros utama. Selain itu, G20 sepakat untuk tetap menolak proteksionisme yang dapat menghambat perdagangan global.
Afrika Selatan secara resmi mengambil alih kepresidenan G20 pada 1 Desember 2024 dengan mengusung tema “Solidaritas, Kesetaraan, dan Keberlanjutan.” Ini menjadi kali pertama sebuah negara dari benua Afrika memimpin forum ekonomi internasional tersebut. Puncak kepemimpinan Afrika Selatan dalam G20 akan berlangsung pada November 2025, saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin G20 dijadwalkan digelar di Johannesburg, pusat ekonomi terbesar negara tersebut.
Meskipun pertemuan ini belum menghasilkan kesepakatan yang diharapkan, kepemimpinan Afrika Selatan dalam G20 tetap berkomitmen untuk terus mendorong dialog dan kolaborasi antarnegara guna menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.