Kadin Dukung Pengembangan PLTN untuk Masa Depan Energi Berkelanjutan di Indonesia

Sumber: antaranews.com
Beraspirasi – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menegaskan dukungannya terhadap rencana pemerintah dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Upaya ini dilakukan sebagai bagian dari strategi diversifikasi sumber energi serta mendukung keberlanjutan sektor energi nasional.
Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Indonesia, Aryo Djojohadikusumo, menyatakan bahwa dukungan penuh diberikan kepada pemerintah dalam mewujudkan pengembangan PLTN di Tanah Air. Menurutnya, langkah ini sangat penting mengingat kebutuhan energi bersih yang terus meningkat.
Aryo juga mengapresiasi kebijakan pemerintah yang memprioritaskan sektor energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai salah satu tujuan utama dalam investasi. Ia menilai bahwa komitmen tersebut semakin diperkuat dengan adanya alokasi tambahan dana segar yang telah disebutkan oleh Presiden dalam berbagai kesempatan.
Dari tahun ke tahun, investasi di bidang PLTN mengalami peningkatan yang cukup signifikan di berbagai negara. Untuk memanfaatkan peluang tersebut, Kadin bersama pemerintah berupaya untuk mempercepat dekarbonisasi industri melalui penguatan infrastruktur dan peningkatan investasi di sektor EBT.
Dalam kesempatan lain, Presiden Prabowo Subianto menekankan bahwa energi nuklir merupakan salah satu bentuk energi terbarukan yang paling bersih. Energi yang dihasilkan dari pembangkit nuklir tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk sektor kelistrikan, tetapi juga memiliki manfaat bagi sektor kesehatan, pengembangan benih pertanian, hingga berbagai sumber energi lainnya.
Lebih lanjut, Aryo menjelaskan bahwa mayoritas dana investasi kemungkinan besar akan dialokasikan untuk sektor energi hijau dan terbarukan, serta industri yang memiliki peran penting dalam mendukung transisi energi, seperti mineral kritis. Langkah ini sejalan dengan rencana kerja Kadin Indonesia Bidang ESDM untuk periode 2024-2029, yang berfokus pada energi baru, terbarukan, serta konservasi energi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan International Energy Agency (IEA) pada Januari 2025, investasi di sektor nuklir diprediksi akan terus meningkat sesuai dengan tiga skenario outlook energi dunia.
Dalam skenario pertama, yang disebut The Stated Policies Scenario (STEPS), investasi nuklir global diperkirakan akan mengalami peningkatan dari 65 miliar dolar AS per tahun menjadi 70 miliar dolar AS per tahun pada 2030. Kapasitas reaktor nuklir pun diprediksi meningkat lebih dari 50 persen dan mendekati angka 650 gigawatt (GW) pada tahun 2050.
Skenario kedua, yaitu The Announced Pledges Scenario (APS), memproyeksikan bahwa dengan adanya dukungan kebijakan energi dan iklim yang tepat waktu, investasi nuklir dapat mencapai 120 miliar dolar AS per tahun pada 2030. Dengan kondisi tersebut, kapasitas nuklir dapat meningkat lebih dari dua kali lipat pada 2050.
Sementara itu, dalam skenario ketiga, yaitu Net Zero Emissions Scenario, investasi di sektor nuklir diprediksi mencapai 150 miliar dolar AS per tahun pada 2030, dengan kapasitas terinstal yang dapat mencapai 1.000 GW pada 2050.
Saat ini, lebih dari 410 reaktor nuklir telah beroperasi di 30 negara dan memasok sekitar sembilan persen dari total kebutuhan listrik global. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah menjadi 420 reaktor pada tahun 2025.
Negara-negara berkembang di dunia juga mulai berlomba membangun pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai alternatif sumber energi. Sebagian besar teknologi yang digunakan dalam pengembangan pembangkit ini berasal dari China dan Rusia.
Diketahui bahwa nuklir merupakan sumber energi rendah emisi kedua setelah hydropower. Teknologi ini mampu menghasilkan listrik dengan efisiensi 20 persen lebih tinggi dibandingkan tenaga angin dan 70 persen lebih besar dibandingkan tenaga surya. Selain itu, PLTN juga dapat digunakan untuk mendukung industri serta membantu proses desalinasi air laut menjadi air bersih.
Sejak tahun 1971, energi nuklir telah membantu mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 72 gigaton yang berasal dari penggunaan pembangkit listrik berbasis batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Keberadaan PLTN juga dianggap dapat meningkatkan ketahanan energi di berbagai negara.
Sebagai bagian dari inisiatif “Indonesia Hijau,” Kadin telah menyiapkan program prioritas pada 2025 untuk menarik investasi dalam proyek-proyek energi terbarukan. Inisiatif ini juga didukung dengan dorongan agar pemerintah menyediakan insentif investasi bagi perusahaan yang tertarik mengembangkan EBT.
Saat ini, terdapat tiga negara besar yang telah mengajukan proposal pembangunan PLTN di Indonesia, yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China. Masing-masing negara diwakili oleh perusahaan yang memiliki pengalaman di bidang energi nuklir.
Dari pihak AS, ketertarikan datang dari Westinghouse Electric Corporation, yang dikenal sebagai salah satu produsen peralatan listrik terkemuka. Sementara itu, China diwakili oleh China National Nuclear Corporation (CNNC), badan usaha milik negara yang bergerak di bidang tenaga nuklir. Adapun Rusia diwakili oleh Rosatom State Atomic Energy Corporation (Rosatom), perusahaan energi nuklir milik pemerintah Rusia.
Aryo menambahkan bahwa proposal dari ketiga negara tersebut masih dalam tahap negosiasi dengan Pemerintah Indonesia. Ia menegaskan bahwa pembicaraan yang berlangsung bertujuan untuk mencapai kesepakatan terbaik bagi kepentingan nasional.
Hingga saat ini, komunikasi intensif telah dilakukan antara perwakilan negara-negara tersebut dengan anggota Kadin Indonesia. Dengan adanya perbincangan yang semakin serius, diharapkan pengembangan PLTN di Indonesia dapat segera terealisasi sebagai bagian dari transformasi energi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.